CApSULE = My Second Family

Tulisan kali ini special kudedikasikan buat teman-temanku, sahabatku, keluarga keduaku CApSULE^04. Ini berarti aku akan mencoba mengflashback 6 tahun lalu, masa ketika aku baru saja berstatus sebagai mahasiswa Farmasi Universitas Hasanuddin. Agustus 2004, kali pertama aku menginjakkan kaki di lantai 4 gedung Fakultas Farmasi (Farmasi ada di lantai 4-6, jangan membayangkan ada lift, karena naik turunnya pakai tangga manual, hehe…). di sini pula aku pertama kali bertemu dengan teman-teman yang akan menjadi teman seperjuanganku melewati suka duka kuliah, teman-teman yang berasal dari dan luar daerah Sulawesi Selatan. Ibaratnya sebuah kapsul yang berisi berbagai macam bahan aktif, terbungkus dalam satu cangkang. Itulah kami………….ini pula yang mungkin menginspirasi salah satu sahabat kami mematenkan nama ini “CApSULE” untuk angkatan kami, dengan motto: “Berpikir cerdas, melangkah bijak, paten melayani” (ada-ada saja, ya….)

Di struktur organisasi angkatanku, aku dipercaya menjabat sebagai sekretaris, waktu itu bukan hasil voting sih, siapa saja yang berminat boleh mencalonkan diri dan kebetulan cuma aku seorang yang dengan pedenya mengajukan diri, jadilah aku sebagai notulen angkatan (disamping karena memang hobby menulis….hehe..). Awalnya sempat minder juga kuliah di farmasi, takut tidak mampu bersaing dengan teman-teman yang hebat-hebat dan cerdas-cerdas apalagi aku yang notabenenya masuk melalui jalur JPPB, Universitas mengharuskan mahasiswa yang lewat jalur ini memiliki IPK diatas 2,75 selama 4 semester. Jika tidak mampu mencapai IPK sekian, nasib akademikku akan berakhir dengan keterangan DO….dibilang menjadi beban juga tidak, karena justru hal ini yang memotivasiku untuk belajar lebih giat lagi, mempertahankan prestasi yang telah kuraih di bangku SMA. Alhamdulillah 4 semester berhasil kulalui dengan perolehan IPK 3,…. yang artinya nasib baik masih berpihak padaku, aku diberi kesempatan untuk terus melanjutkan studi di farmasi ini. (salut buat teman yang saat itu mampu mencapai IPK 4,00….Linda Samma, how clever you are….) juga beberapa teman lain dengan IPK menjulang di atas 3,5..Teman-teman dengan IPK tinggi namun tetap rendah hati, yang tak segan membagi ilmunya termasuk dengan aku.

Tak mudah mengenali karakter teman-teman yang berbeda-beda, apalagi dengan jumlah hampir 60 orang. Jumlah yang 85% nya didominasi perempuan (sudah tradisi kali yah..mahasiswa farmasi didominasi sama perempuan…), jumlah pria yang sedikit tak lantas menjadikan mereka tak eksis bahkan kehadiran mereka sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak, merekalah yang mati-matian berkeliling mencari bahan praktikum yang kadangkala tak ditemukan di sekitar kampus, meski harus sampai larut malam demi kelancaran praktikum esok harinya (big thank’s for u guys…). Kehadiran praktikum yang padat pula lah yang menjadikan kami dapat saling mengenal satu sama lain, lebih dapat membentuk kekompakan dan kerja sama serta pengertian dalam satu kelompok. Ikatan kuat yang masih tertanam sampai sekarang, saat kami sudah tidak berstatus mahasiswa lagi.

Sibuknya jadwal praktikum yang hampir tiap hari seringkali membuat kami tak punya cukup waktu untuk mereview materi kuliah yang disampaikan oleh Dosen. Waktu kami banyak tersita dengan menyelesaikan setumpuk laporan praktikum yang harus deadline sebelum praktikum berikutnya. Alhasil, menjelang ujian semester kami kalang kabut mempelajari semua materi kuliah. Ritual SKS (Sistem Kebut Semalam) pun diterapkan. Syukur-syukur bahan yang akan dipelajari ada (karena ada juga teman-teman yang ogah-ogahan mencatat materi kuliahnya Dosen, lebih mengandalkan insting….hehehe), kalau tidak ada, barulah proses pencarian dimulai…..dimulai dari meminjam catatan teman atau paling praktis, mengcopynya di Bang Aco’ (nama pemilik mesin fotocopy di kampus..apa kabarnya yah sekarang? Masih eksis kah…..???).

Begitulah hari-hari kami….selama kurang lebih 4 tahun, berkutat dengan lab…lab…dan lab…kadang diselingi tangis dan tawa. Tawa bahagia karena mampu melewati segudang praktikum serta nilai yang memuaskan di tiap mata kuliah maupun tangis karena batal praktikum (dengan bermacam alasan…dari alasan yang kompleks seperti laporan tidak ACC, gagal respon masuk, buku referensi yang tidak lengkap sampai alasan yang sepele….tidak memakai papan nama atau masker saat praktikum).

Tak banyak waktu buat refreshing……hanya sesekali diselingi acara makan bareng yang dipelopori teman-teman yang merayakan ulang tahun atau mengadakan acara bakti sosial bersama.

Meskipun aku dan dua orang temanku termasuk yang lebih dahulu menyelesaikan studi S1, yang membuatku tak bersama mereka lagi, tapi perhatian mereka tak pernah berkurang. Terbukti saat aku menjalani perawatan hampir 2 bulan di rumah sakit, teman-teman yang saat itu kebetulan menjalani kegiatan PKP Rumah Sakit (salah satu program mata kuliah profesi Apoteker) di RS yang sama tempatku dirawat, tak bosan-bosannya mengisi dan menemani hari-hariku, meski hanya sekedar datang menanyakan kabar atau mengajak ngobrol. Sungguh, hal yang sangat berarti buatku ditengah rasa bosan yang kadang menghampiri.

Mereka….temanku, sahabatku, keluarga keduaku….

Sangat ingin mengulang kebersamaan dengan kalian, kebersamaan yang tak akan terlupa seumur hidupku…

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih….
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

Kahlil Gibran

Terima kasih, sahabatku………

Tinggalkan komentar